Kamis, 21 Mei 2015

HERBARIUM TUMBUHANHERBARIUM TUMBUHAN

      HERBARIUM SEBAGAI SPECIMEN
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi. Maksud dari specimen sendiri adalah sebagian atau seluruh bagian individu tumbuhan atau hewan yang merupakan contoh dari populasinya. Spesimen juga dikatakan sebagai benda sebenarnya. Jenis specimen bermacam macam, ada yang hidup sesuai kenyataan di alamjuga yang sudah diawetkan. Contoh specimen awetan adalah Herbarium itu sendiri ,yaitu tumbuhan hasil pengawetan yang sudah dikeringkan  terlebih dahulu. Serta, Taksidermi yaitu hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti (De La Cruz, 1995).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon. Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama latin untuk koleksi ini ataupun Herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara harfiah berarti taman kering, dan setiap specimen menekan yang terpasang pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu, kapan dan dimana ditemukannya (Lawrence, 1951).
Herbarium tidak hanya sekedar specimen tumbuhan yang diawetkan, namun dapat digunakan sebagai kegiatan botani lainnya seperti sebagi sumber dasar untuk ahli taksonomi dan ilmu lain yang memerlukan informasi dasar. Herbarium adalah suatu museum sehingga dapat digunakan sebagai pusat penelitian , pengajaran dan pusat infornasi untuk masyarakat umum. Specimen-spesimen herbarium ini dapat emmberikan macam-macam informasi, namun tergantung kelengkapan data dan asal usul materialnya (Tjitrosoepomo, 1993).
B.     MACAM- MACAM HERBARIUM
Herbarium terdiri dari koleksi kering dan koleksi basah. Koleksi basah tidak dipres dan merupakan spesimen-spesimen hidup yang dipelihara dengan baik. Sedangkan untuk koleksi kering merupakan  kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan (Van Stenis, 1980)
1.      Herbarium Basah                       

         
Tumbuhan yang akan dijadikan herbarium basah dimatikan dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat selama kurang lebih 48 jam. Kemudian, dimasukkan kedalam botol bersih sebagi tempat penyimpanannya yang bersih dan telah diberi alkohol 70% sebagai pengawetnya. Secara berkala atau bila perlu, misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang,  larutan pengawet dapat diganti dengan yang baru secara hati-hati.
2.      Herbarium Kering


Cara kering menggunakan dua macam proses yaitu: Pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. Dan yang kedua Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi. berikut contoh herbarium kering :

C.     KEGUNAAN HERBARIUM
1.       Sebagai pusat referensi :
      Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam konservasi alam.
2.       Sebagai lembaga dokumentasi :
     Merupakan koleksi yang mempunyai nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lain lain.
3.       Sebagai pusat penyimpanan data :
   Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya
Selain itu, Herbarium juga sangat bermanfaat untuk mengobservasi suatu tumbuhan tanpa harus datang ketempat tumbuhan itu tumbuh.
D.    CARA MEMBUAT HERBARIUM
Koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawetnya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain,suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak Nampak pada spesimen herbarium. Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan kering dan awetan basah. Awetan kering tanaman di awetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ di dalamnya. Awetan basah baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4% (Setyawan dkk, 2005).
  1. Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen. Tidak benar digabungkan beberapa spesimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alcohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alcohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastik (Onrizal, 2005).
  2. Herbarium kering, cara kering menggunakan tiga macam proses yaitu pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
De La Cruz, A A. (1995), Spesimen Biologi. Pembuatan dan Pengawet-an, Terjemahan oleh Dwi     Suryanto, USAID-Jakarta-Indonesia. Jakarta
Lawrence. (1951), Taxonomy of Vascular Plant,  The Macmillan Company, New York
Onrizal.  2005.  Teknik Pembuatan  Herbarium.  Access by : http://ocw.usu.ac.id. Accession date : 4 Mei 2015
Setyawan,  A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K  dan  Susilowati,  A. 2005.Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan  Objek  Biologi. Jurusan Biologi FMIPA UNY. Yogyakarta.
Shunde Zhang,  The Design and Implementation Australia’s Virtual Herbarium System. http://www.dhpc.-ade-aide.edu.au/reports/178/dhpc-78.pdf.Diakses 4 Mei 2015
Tjitrosoepomo, G. (1993), Taksono-mi Umum. Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan, Gajahmada University Press, Yogyakarta
Van Stenis. (1980). Flora. Gajahma-da University Press. Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar